Senin, 24 November 2008

AYO BERUBAH

PEMERATAAN BERSUARA
Oleh FS

Tentu kita semua pasti sudah bisa menangkap kalimat diatas. Suatu sistem yang berusaha kita terapkan agar tidak adanya dominasi, dengan berusaha memeratakan kepada kesemuanya agar bersuara. Namun kalau kita berusaha masuk lebih dalam mengapa ? dan untuk apa? Sebenarnya pemerataan ini harus digalakkan. Coba kita lihat bersama-sama.
Sebuah peringatan keras dan sebuah nasehat yang sangat menusuk serta tajam dari seorang pendidik yang ditujukan kepada peserta didiknya agar lebih memahami arti dari sebuah kesadaran. Sadar sebagai seorang mahasiswa bahasa dan sastra indonesia, sdar sebagai orang yang bertangung jawab atas apa yang menjadi kewajibannya, dan sadar akan tantangan serta beban moral untuk menjadi seorang seorang pendidik kelak, adalah beberapa yang menjadi penyebabnya. Sebuah refleksi dari teguran pengajar, sedikit banyak telah membuat nurani kecil kita terusik, terusik dikarenakan ketidaksadaran kita akan sebuah kemajuan.
Kemudian untuk apa pemerataan bersuara itu ? mungkin ini hanyalah statement saya yang mana mungkin kawan-kawan semua kurang sependapat dengan saya, namun ini hanyalah interpretasi dari seorang manusia, dan disitulah letak dari eksistensi dari sebuah penafsiran ya eksistensi penafsiran. Satu hal yang menjadi sorotan adalah ketika pemerataan bersuara berusaha untuk digalakkan ternyata timbul problema, problema yang sebenernya sangatlah esensi dan perlu kita resapi.
Sebuah contoh pelaksanaan dari pemerataan bersuara adalah diskusi, atau kerja kelompok dimana diharapkan dari forum tersebut keluar suara-suara yang tidak pernah bersuara. Tapi apa yang terjadi dominasi tetap terjadi walaupun itu kecil tapi tetap saja itu terjadi dan itu adalah fakta yang perlu kita sadari dan perlu pembenahan. Serta yang paling mencolok adalah ketika job discription disepakati supaya ketika menjadi penyaji ada kekompakkan bersuara malah menjadi gambar kevakuman, gambar ketidakkompakkan, dan gambar ketidakberesan. Yang dikarenakan mental yang takut, minder, serta tidak berani adalah beberapa yang menjadi penyebanya, tapi ketika menyalahkan sifat tersebut maka itu adalah salah. Karena pada hakekatnya manusia tidaklah sama ada yang berani dan ada yang tidak berani dan itu sudah menjadi baku. Lalu apa yang harus dilakukan, sebenarnya mudah dan simple “SADARLAH DIRI” dengan sadar diri. Diri kita akan memasuki dunia tanda tanya,. Dunia untuk menuju perubahan demi kemajuan, kemajuan diri sendiri, kemajuan kita , dan kemajuan bersama. Mungkin ini akhir dari sekelumit pemikiran saya, saya akhiri dengan kalimat

“ Perubahan timbul karena kesadaran, kesadaran timbul karena adanya motifasi “

Dan semoga saja dalam diri kita ada rasa ingin berubah, rasa ingin sadar, serta rasa motifasi.



Jombang, 20 januari 2007

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda